Satu kabar gembira baru saja dipersembahkan TNI Angkatan Darat (AD). Tim
penembak yang dikirim berlaga di Australian Army Skills at Arms Meeting
(AASAM) 2013 di Puckapunyal Military Area, Victoria, Australia, 29
April–19 Mei 2013, berhasil menjadi kampiun.
Bertanding dalam 58 kategori yang diperlombakan, tim yang terdiri atas personel Kopassus dan Kostrad berhasil meraih 17 belas emas dari 58 medali yang diperebutkan.
Kemenangan ini pantas diapresiasi, termasuk oleh Presiden Susilo Bambang lewat akun Twitter resminya @SBYudhoyono, karena dalam ajang bergengsi tersebut tim TNI AD berhasil menaklukkan para penembak angkatan darat dari 16 negara lain, termasuk di antaranya negara-negara yang mempunyai tradisi militer kuat seperti Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Jepang, dantuan rumah Australia.
Bahkan pada 2013 ini negara raksasa baru, China, juga sudah resmi berpartisipasi. Apresiasi juga patut disampaikan karena kemenangan sekaligus menasbihkan kedigdayaan TNI, karena sejak pertama kali berpartisipasi secara resmi pada 2008, mereka tidak pernah tergeser dari posisi juara umum.
Dari berbagai komentar para prajurit angkatan darat dari sejumlah negara yang turut berlaga, mereka seolah kehilangan akal untuk bisa mengalahkan keterampilan dan ketepatan prajurit TNI AD dalam menggunakan dan menembakkan senjatanya. Tak dapat dipungkiri, kedigdayaan TNI AD dalam AASAM, juga dalam ajang lain seperti Kejuaraan Tembak Angkatan Darat se-ASEAN atau ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) menunjukkan tingkat profesionalitas TNI AD.
Untuk diketahui, pada AASAM 2013 ini, TNI AD tidak lagi menjadikan Kopassus sebagai tulang punggung, tapi juga mengandalkan prajurit Kostrad. Hal ini bisa dilihat dari komposisi tim yang terdiri atas 24 prajurit Kostrad dan 6 lainnya dari Kopassus. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa kualitas personel TNI AD di atas rata-rata pasukan angkatan darat negara lain.
Fakta tersebut tentu bisa menjadi parameter bahwa tuntutan profesionalitas TNI yang didengung-dengungkan di era transisi menuju demokratisasi sudah pada jalur yang benar. Pola rekrutmen sudah berhasil menemukan calon prajurit terbaik dengan ukuran objektivitas fisik, psikologis dan intelektual, bukan karena KKN. Begitu pun sistem pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan, juga sudah membuka kualitas output-nya.
Tentu TNI AD tidak boleh berpuas diri dengan kemenangan demi kemenangan yang diraihnya. Kemenangan justru harus menjadi cambuk untuk terus meningkatkan profesionalitasnya, karena negara lain pasti akan melakukan evaluasi dan koreksi. Apalagi, kemenangan di medan perlombaan bukan tujuan akhir dari profesionalitas prajurit, melainkan kesiapan untuk menghadapi tantangan yang sesungguhnya, yakni ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Patut disyukuri Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Moeldoko yang baru saja menggantikan Pramono Edhie Wibowo mempunyai kesadaran tersebut. Saat dilantik oleh Presiden, jenderal asal Kabupaten Kediri itu menyampaikan komitmennya membenahi sistem pendidikan untuk menyelaraskannya dengan reformasi internal TNI. Dia bahkan juga memberi perhatian pada kultur dan budaya di lingkungan prajurit yang sering kali mencoreng profesionalitas yang sudah terbangun.
Masih terkait kabar gembira dari Puckapunyal, apresiasi yang sama juga sudah seharusnya disampaikan kepada PT Pindad yang sudah mampu memproduksi senjata berkelas dunia. Senjata produksi mereka, SS2, terbukti bisa dijadikan andalan dan mampu mengalahkan beragam senjata yang mempunyai nama mentereng, seperti senjata MP4 Carbine Amerika Serikat, SAR 21 Singapura, Steyr Aug Austria, HK G36, atau HK416.
Begitu pun pistol produksinya, Pistol G2, juga mampu bersaing dengan pistol terbaik dunia seperti FN 57, Baretta 92, Walther P99, QSZ -92, FN-FNP45, Glock-17. Tentu harapan sama disampaikan agar PT Pindad tidak berpuas diri, tapi terus melakukan inovasi untuk perbaikan dan peningkatan performasi senjata produksinya. Atau bahkan lebih jauh bisa menjadikannya sebagai produk unggulan bangsa. Berbagai kemenangan yang diraih TNI AD bersama SS2 dan G2 bisa menjadi brandinguntuk memperluas pasar internasional Pindad yang sudah mulai terbangun. Bravo TNI AD, Bravo PT Pindad.
Bertanding dalam 58 kategori yang diperlombakan, tim yang terdiri atas personel Kopassus dan Kostrad berhasil meraih 17 belas emas dari 58 medali yang diperebutkan.
Kemenangan ini pantas diapresiasi, termasuk oleh Presiden Susilo Bambang lewat akun Twitter resminya @SBYudhoyono, karena dalam ajang bergengsi tersebut tim TNI AD berhasil menaklukkan para penembak angkatan darat dari 16 negara lain, termasuk di antaranya negara-negara yang mempunyai tradisi militer kuat seperti Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Jepang, dantuan rumah Australia.
Bahkan pada 2013 ini negara raksasa baru, China, juga sudah resmi berpartisipasi. Apresiasi juga patut disampaikan karena kemenangan sekaligus menasbihkan kedigdayaan TNI, karena sejak pertama kali berpartisipasi secara resmi pada 2008, mereka tidak pernah tergeser dari posisi juara umum.
Dari berbagai komentar para prajurit angkatan darat dari sejumlah negara yang turut berlaga, mereka seolah kehilangan akal untuk bisa mengalahkan keterampilan dan ketepatan prajurit TNI AD dalam menggunakan dan menembakkan senjatanya. Tak dapat dipungkiri, kedigdayaan TNI AD dalam AASAM, juga dalam ajang lain seperti Kejuaraan Tembak Angkatan Darat se-ASEAN atau ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) menunjukkan tingkat profesionalitas TNI AD.
Untuk diketahui, pada AASAM 2013 ini, TNI AD tidak lagi menjadikan Kopassus sebagai tulang punggung, tapi juga mengandalkan prajurit Kostrad. Hal ini bisa dilihat dari komposisi tim yang terdiri atas 24 prajurit Kostrad dan 6 lainnya dari Kopassus. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa kualitas personel TNI AD di atas rata-rata pasukan angkatan darat negara lain.
Fakta tersebut tentu bisa menjadi parameter bahwa tuntutan profesionalitas TNI yang didengung-dengungkan di era transisi menuju demokratisasi sudah pada jalur yang benar. Pola rekrutmen sudah berhasil menemukan calon prajurit terbaik dengan ukuran objektivitas fisik, psikologis dan intelektual, bukan karena KKN. Begitu pun sistem pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan, juga sudah membuka kualitas output-nya.
Tentu TNI AD tidak boleh berpuas diri dengan kemenangan demi kemenangan yang diraihnya. Kemenangan justru harus menjadi cambuk untuk terus meningkatkan profesionalitasnya, karena negara lain pasti akan melakukan evaluasi dan koreksi. Apalagi, kemenangan di medan perlombaan bukan tujuan akhir dari profesionalitas prajurit, melainkan kesiapan untuk menghadapi tantangan yang sesungguhnya, yakni ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Patut disyukuri Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Moeldoko yang baru saja menggantikan Pramono Edhie Wibowo mempunyai kesadaran tersebut. Saat dilantik oleh Presiden, jenderal asal Kabupaten Kediri itu menyampaikan komitmennya membenahi sistem pendidikan untuk menyelaraskannya dengan reformasi internal TNI. Dia bahkan juga memberi perhatian pada kultur dan budaya di lingkungan prajurit yang sering kali mencoreng profesionalitas yang sudah terbangun.
Masih terkait kabar gembira dari Puckapunyal, apresiasi yang sama juga sudah seharusnya disampaikan kepada PT Pindad yang sudah mampu memproduksi senjata berkelas dunia. Senjata produksi mereka, SS2, terbukti bisa dijadikan andalan dan mampu mengalahkan beragam senjata yang mempunyai nama mentereng, seperti senjata MP4 Carbine Amerika Serikat, SAR 21 Singapura, Steyr Aug Austria, HK G36, atau HK416.
Begitu pun pistol produksinya, Pistol G2, juga mampu bersaing dengan pistol terbaik dunia seperti FN 57, Baretta 92, Walther P99, QSZ -92, FN-FNP45, Glock-17. Tentu harapan sama disampaikan agar PT Pindad tidak berpuas diri, tapi terus melakukan inovasi untuk perbaikan dan peningkatan performasi senjata produksinya. Atau bahkan lebih jauh bisa menjadikannya sebagai produk unggulan bangsa. Berbagai kemenangan yang diraih TNI AD bersama SS2 dan G2 bisa menjadi brandinguntuk memperluas pasar internasional Pindad yang sudah mulai terbangun. Bravo TNI AD, Bravo PT Pindad.
No comments:
Post a Comment